BAB I
PENDAHULUAN
Lemak
merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan penting dalam diet
karena beberapa alasan. Lemak merupakan salah satu sumber utama energi dan
mengandung lemak esensial. Namun konsumsi lemak berlebihan dapat merugikan
kesehatan, misalnya kolesterol dan lemak jenuh. Dalam berbagai makanan,
komponen lemak memegang peranan penting yang menentukan karakteristik fisik
keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa dan penampilan. Karena itu sulit
untuk menjadikan makanan tertentu menjadi rendah lemak (lowfat), karena jika
lemak dihilangkan, salah satu karakteristik fisik menjadi hilang. Lemak juga
merupakan target untuk oksidasi, yang menyebabkan pembentukan rasa tak enak dan
produk menjadi berbahaya.
Antioksidan
merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini
secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah
teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai
didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya
radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini
dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya Radikal
bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak
berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi. Protein
lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan sumber pasangan elektron
yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA,
kanker, penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai
antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa
golongan tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan
memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak
ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid
Secara
sederhana antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang mampu menghambat atau
mencegah terjadinya oksidasi. Antioksidan memiliki kemampuan dalam memberikan
elektron, mengikat dan mengakhiri reaksi berantai radikal bebas yang mematikan.
Antioksidan yang dipakai kemudian didaur ulang oleh antioksidan lain untuk
mencegahnya menjadi radikal bebas (bagi dirinya sendiri) atau tetap dalam
bentuk tersebut tetapi dengan strukturm.
Sayur dan
buah dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayur dan buah juga mengandung
fitonutrien yang bersifat antioksidan yang dapat membantu tubuh menangkal
berbagai penyakit . Di negara kita mempunyai banyak jenis sayuran yang dapat
dimanfaatkan. Saat ini sayuran seperti brokoli, okra, kol brussel, paprika,
lettuce, dan lain-lain, juga mudah ditemui di negara kita. Ditambah jenis-jenis
lokal, banyak sekali sayuran yang dapat dimanfaatkan untuk menambah variasi
resep. Misalnya Bayam mengandung vitamin C, folat, zat besi, seng dan karoten.
Kaya akan antioksidan yang dapat merangsang fungsi pankreas untuk menghasilkan
insulin.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Penentuan karakteristik lamak dan
antioksidan
2. Penentuan kualitatif/kualitas lemak
dan antioksidan
3. Penentuan kuantitatif/ kadar lemak dan
antioksidan
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1
Pengertian Lemak dan Antioksidan
Ø Lemak adalah :
Sekelompok
ikatan organik yang terdiri dari unsur C,H, dan O yang dapat larut dalam
pelarut organik (eter,heksan atau kloroform). Lemak merupakan triester dari
gliserol dan asam-asam karboksilat rantai panjang( trigliserida).
Ø Antioksidan adalah:
Antioksidan
adalah subtansi yang dapat menunda, memperlambat atau menghambat proses
oksidasi pada makanan maupun obat dimna senyawa-senyawa tersebut mudah
teroksidasi sehingga sel-sel lain terhindar dari radikal bebas.
Struktur lemak dan antioksidan
· Struktur lemak
· Struktur
antioksidan
II.2 Sifat Fisika dan Kimia Lemak
Ø Sifat fisika lemak
1. Pada suhu kamar, lemak hewan
berupa zat padat, sedangkan lemak tumbuhan berupa zat cair.
2. Lemak yang mempunyai titik
lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung
asam lemak tak jenuh. Contoh: Tristearin dan
3. Lemak yang mengandung asam lemak
rantai pendek larut dalam air,sedangkan
lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air.
4. Semua lemak larut dalam
kloroform dan benzena. Alkohol panas merupakan pelarut lemak yang baik.
Ø Sifat kimia
lemak
1. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk merubah
asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi
esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi
serta penukaran ester (transesterifikasi)
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak
akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi ini
mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Hal ini terjadi disebabkan adanya
sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan
sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila reaksi penyabunan telah
selesai, maka lapisan air yang mengandung gliserol dapat dipisahkan dengan cara
penyulingan.
4. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi
bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak atau minyak
Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator
dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau
keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
5. Pembentukan
keton
Keton dihasilkan
melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
6. Oksidasi
Oksidasi dapat
berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau
minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak
atau minyak.
Karakteristik lemak babi
·
Dari segi warna
Terlihat daging babi
memiliki warna yang lebih pucat dari daging sapi (lihat gambar 1), warna daging
babi mendekati warna daging ayam. Namun perbedaan ini tak dapat dijadikan pegangan,
karena warna pada daging babi oplosan biasanya dikamuflase dengan
pelumuran darah sapi, walau kamuflase in dapat dihilangkan dengan
perendaman dengan air. Selain itu, ada bagian tertentu dari daging babi yang
warnanya mirip sekali dengan daging sapi sehingga sangat sulit membedakannya.
·
Dari segi serat daging
Perbedaan terlihat dengan jelas antara kedua daging. Pada sapi, serat-serat
daging tampak padat dan garis-garis seratnya terlihat jelas. Sedangkan pada
daging babi, serat-seratnya terlihat samar dan sangat renggang. Perbedaan ini
semakin jelas ketika kedua daging direnggangkan bersama (lihat gambar 2).
·
Dari penampakkan lemak
Perbedaan
terdapat pada tingkat keelastisannya. Daging babi memiliki tekstur lemak yang
lebih elastis sementara lemak sapi lebih kaku dan berbentuk. Selain itu lemak
pada babi sangat basah dan sulit dilepas dari dagingnya sementara lemak
daging agak kering dan tampak berserat (lihat gambar 3). . Namun kita
harus hati-hati pula bahwa pada bagian tertentu seperti ginjal, penampakkan
lemak babi hampir mirip dengan lemak sapi.
·
Dari segi tekstur
Daging sapi memiliki
tekstur yang lebih kaku dan padat dibanding dengan daging babi yang lembek dan
mudah diregangkan (lihat gambar 4). Melalui perbedaan ini sebenarnya ketika
kita memegangnya pun sudah terasa perbedaan yang nyata antar keduanya karena
terasa sekali daging babi sangat kenyal dan mudah di “biye” kan. Sementara
daging sapi terasa solid dank eras sehingga sulit direnggangkan
·
Dari segi aroma
Terdapat sedikit perbedaan antara keduanya.
Daging babi memiliki aroma khas tersendiri, sementara aroma daging sapi adalah
anyir seperti yang telah kita ketahui. Segi bau inilah yang -menurut pak
Joko- sebenarnya senjata paling ampuh untuk membedakan antar kedua daging ini.
Karena walaupun warna telah dikamuflase dan dicampur antar keduanya, namun
aroma kedua daging ini tetap dapat dibedakan. Sayangnya kemampuan membedakan
melalui aromanya ini membutuhkan latihan yang berulang-ulang karena memang
perbedaannya tidak terlalu signifikan.
Secara umum karakteristk daging babi ternak
dan babi hutan (celeng) mirip satu sama lain, sementara daging babi memiliki
perbedaan yang cukup banyak dengan daging sapi. Namun ketika kedua jenis daging
tersebut telah dicampurkan, apalagi setelah dikamuflase dengan darah sapi,
keduanya (daging babi dan sapi) menjadi sangat sulit untuk dibedakan.
II.3 Kegunaan
lemak dan antioksidan
·
Kegunaan lemak
1. Cadangan
energi
2. Sebagai
timbunan lemak pada tubuh
3. Sumber kalori
bagi tubuh
4. Melindungi
organ-organ tubuh
5. Diperlukan
untuk kesehatan kulit dan rambut
6. Melindungi
dari serangan hawa dingin
7. Memberi ras
enak dan gurih pada makanan
8. Menambah
renyah masakan yang digoreng
·
Kegunaan antioksidan
1. Mencegah penuaan dini
2.
Mencegah
kanker payudara
3.
Mampu
mencegah penyakit Alzheimer
4.
Mencegah
penyakita kardiovaskular
II.4
Jenis-Jenis Lemak dan Antioksidan
a. Jenis-jenis
lemak
1.
Berdasarkan strukturnya
·
Lemak sederhana (simple lipids)
Ester lemak –
alkohol
Contohnya :
ester gliserida, lemak, dan malam.
·
Lemak komplek (composite lipids & sphingolipids)
Ester lemak –
non alkohol
Contohnya :
fosfolipid, glikolipid, aminolipid, lipoprotein.
·
Turunan lemak (derived lipids)
Contohnya :
asam lemak, gliserol, keton, hormon, vitamin larut lemak, steroid, karotenoid,
aldehid asam lemak, lilin dan hidrokarbon.
2. Berdasarkan
kejenuhannya
·
Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung
ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai
zig-zig yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls
tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Contohnya ialah : asam butirat, asam palmitat, asam stearat.
·
Asam
lemak tak jenuh
Asam
lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada
rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak
lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat.
Trigliserida tak jenuh ganda (poli-unsaturat) cenderung berbentuk
minyak. Contohnya ialah : asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.
3. Berdasarkan
sifat mengering
·
Minyak mengering (drying oil)
Minyak yang mempunyai sifat dapat mengering jika kena oksidasi ,
dan akan berubah menjadi lapisan tebal , bersifat kental dan membentuk sejenis
selaput jika dibiarkan di udara terbuka. Contoh: minyak kacang kedelai,
minyakbiji karet
·
Minyak setengah mengering (semi-drying oil)
Minyak yang mempunyai daya mengering yang lebih lambat. Contohnya:
minyak biji kapas minyak bunga matahari
·
Minyak tidak mengering (non drying oil)
Contohnya : minyak zaitun, minyak buah persik, minyak kacang, dan
minyak sapi
b. Jenis-jenis antioksidan
1. Antioksidan Berdasarkan Sumbernya
·
Antioksidan sintetik
Yaitu antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia
dan telah diproduksi untuk tujuan komersial.
Contoh:
a.
Butil Hidroksi Anisol (BHA)
b.
Butil Hidroksi Toluen (BHT)
c.
propil galat
d.
Tert-Butil Hidoksi Quinon (TBHQ)
e.
Tokoferol
·
Antioksidan alami
a.
flavonoid
b.
turunan asam sinamat
c.
kumarin
d.
tokoferol
e.
asam-asam organic polifungsional.
II.5
Analisis Lemak dan Antioksidan
A.
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Lemak
1. Análisis Kualitatif lemak
a) Kelarutan lemak
Pada tes kelarutan didapat hasil bahwa
minyak, margarine, dan lesitin yang bersifat nonpolar larut dalam pelarut
aseton, etanol, eter dan kloroform karena keempatnya merupakan pelarut organik
(nonpolar). Kecuali Lesitin yang tidak larut dalam pelarut aseton, hal ini
dikarenakan lesitin
memiliki gugus kolin yang bermuatan positif sehingga lebih larut dalam eter dan
kurang larut dalam aseton. Hal ini disebabkan eter memiliki electron bebas yang
dapat diserang oleh muatan positif dari kolin sehingga kolin lebih larut dalam
eter daripada aseton yang tidak memiliki elektron bebas.
Pada pelarut polar yaitu air, lemak domba
bahan uji tidak dapat larut. Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut ditentukan
oleh banyak hal, antara lain adalah sifat kepolaran zat dan pelarutnya.
Umumnya zat yang polar dapat larut dalam
pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar.
Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau
pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan
pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa
berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut.
Pada tes bercak lemak, adanya bercak
transparan pada kertas saring menandakan adanya lemak pada zat tersebut. Pada
zat dalam pelarut eter terdapat bercak karena bahan uji telah larut sehingga
terbawa pada saat penetesan dan dapat membuat bercak pada kertas.
b)
Uji
ketidakjenuhan
Percobaan
ini dilakukan untuk menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu lemak.
Reaksi
yang terjadi adalah reaksi adisi oleh iodium. Iodium akan memutus ikatan
rangkap yang terdapat molekul zat, kemudian iodium tersebut akan menggantikan
posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan
rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali
(jika teradisi semuanya oleh iodium). Dengan adanya reaksi ini, maka warna
larutan iodium akan hilang. Minyak mengandung triasil gliserol dengan 80-85 %
asam lemak jenuh. Asam lemak utama yang terdapat dalam minyak adalah asam
laurat dan asam miristat (merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan
memiliki bilangan penyabunan yang tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga
mengandung asam kaprilat, asam kaprat, dan asam oleat.Margarin merupakan salah
satu produk makanan konsumsi sehari-hari yang dibuat dengan menggunakan bahan
baku lemak nabati. Margarin dibuat melalui proses
hidrogenasi asam lemak tak
jenuh yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah emulsi air dalam minyak yang
berbentuk padat.
Pada
hasil percobaan, minyak, margarin dan lesitin memberikan hasil positif yaitu
dengan hilangnya warna larutan iodium. Minyak menghasilkan warna jingga jernih,
margarin menghasilkan warna jingga keruh, dan lesitin menghasilkan warna
kuning. Hal itu berarti pada ketiga zat itu, terdapat ikatan tak jenuh (ikatan
rangkap) sehingga dengan penambahan larutan iodium, terjadi reaksi adisi yang
menyebabkan hilangnya warna larutan iod. Ikatan tak jenuh yang terdapat dalam
margarin lebih banyak daripada ikatan tak jenuh dalam lesitin dan minyak
(ikatan tak jenuh dalam margarin > minyak kelapa > lesitin). Hal tersebut
dapat disimpulkan dari intensitas warna yang terbentuk (jingga keruh >
jingga jernih > kuning).
c)
Uji Penyabunan
Asam
lemak bila bergabung dengan alkali (KOH/NaOH) akan membentuk sabun, yang
berfungsi sebagai emuglator.
Pada
percobaan ketiga ini diamati pada ketiga bahan uji, dengan adanya pemanasan dan
penambahan alkali (KOH/NaOH) maka senyawa lemak akan membentuk gliserol dan sabun
atau garam asam lemak. Proses ini lebih dikenal dengan nama saponifikasi.
Perbandingan
jumlah busa (indikasi terbentuknya sabun) pada penambahan KOH daan penambahan
NaOH adalah sama. Lesitin menghasilkan busa paling banyak, kedua minyak dan
yang terakhir margarine. Hal ini dikarenakan kedua alkali tersebut merupakan
basa kuat.
Sedangkan
untuk jumlah busa paling tinggi terdapat pada minyak, asam lemak utama yang
terdapat dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan asam
lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi)
d)
Uji Gliserol
Jika
gliserol dipanaskan dengan kalium bisulfate, dehidrasi akan terjadi dan
akrolein aldehid yang terbentuk memiliki karekteristik bau.
Dapat
dilihat dari data pengamatan bahwa margarin memiliki tingkat bau yang paling
tinggi dibandingkan lesitin dan minyak, hal ini bisa disebabkan karena
margarine memiliki tingkat ketidakjenuhan paling tinggi dibandingan minyak dan
lesitin.
2. Analisis Kuantitatif Lemak
a. Uji
bilangan asam
Prosedur
Ø
Ditimbang
5 gr lemak, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Ø
Ditambahkan
alcohol 95% netral sebanyak 50 ml
Ø
Kemudian
dipanaskan sampai mendidih untuk melarutkan asam lemak bebasnya
Ø
Dititrasi
dengan larutan baku KOH 0,1 N menggunakan ind. PP
Ø
T.A
ditandai dengan terbantuknya warna merah muda.
Ø
Perhitungan
Ø
Bilangan
Asam =
V KOH x NKOH x56,1
Berat sampel
Reaksi
bilangan asam
O
║
CH2 – O – C – R1 CH2OH R1COOH
O
║
CH – O – C – R2
CHOH + R2COOH
O
H2O CH2OH R3COOH
║
CH2 – O – C – R3
Trigliserida
Gliserol as.Lemak
b. Uji
bilangan penyabunan
Prosedur
Ø
Ditimbang
5 gr lemak , masukkan ke dalam Erlenmeyer 200 ml
Ø
Kemudian
ditambahkan 50 ml Larutan KOH etanolik
Ø
Setelah
itu dipanaskan selama 30 menit, tambahkan 2-3 tetes ind. Pp
Ø
Kemudian
dititrasi dengan HCL 0,5 N
Ø
Dilakukan
titrasi blanko
Ø
Perhitungan
Ø
Bilangan
penyabunan
( V HCL Blanko)-(V HCL sampel) x
N HCLx 56,1
Bobot Sampel
c. Uji
bilangan iodium
Prosedur
Ø
Ditimbang
5 gr Lemak masukkan ke dalam erlenmeyer
Ø
Ditambahkan
10 ml kloroform ditambahkan 25 ml pereaksi iodium-Bromida dan disi,pan ditempat
gelap selama 30 menit
Ø
Kemudian
tambahkan 10 ml larutan KI 15 %
Ø
Dan
ditambahkan 50 ml dan aquadest yang telah didihkan
Ø
Dan
dititrasi dengan Na2S2O3 dan ditambahkan ind. Kanji
Ø
T.A
ditandai dengan warna biru tepat hilang.
Ø
Bilangan
Iodium = (V tio blanko-V tio sampel )x N tio x 12,6
Berat sampel
d. Uji
ketengikan
Penentuan angka peroksida
Prosedur
Ø
Ditimbang
5 gr lemak, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambah 30 ml larutan
CH3COOH-CHCL3 (3:2)
Ø
Larutan
dikocog sampai homogen dan + 0,5 ml larutan jenuh KI
Ø
Larutan didiamkan selama 1 menit dan +
aquadest 30 ml
Ø
Kemudian
dititrasi dengan NA2S2O3 0,1 N +ind kanji 1 % 2-3 tetes
Ø
T.A
ditandai dengan warna biru tepat hilang
Ø
Dilakukan
titrasi blanko
Ø
Perhitungan
Angka
peroksida = ml
tio x N
tio x1000
Berat sampel(g)
Uji Kandungan Lemak Babi Pada Makanan
isu
kehalalan makanan merupakan sesuatu yangseringkali berulang. Penanganan akan
isu ini lebih banyak bersifatsesaat atau hanya untuk meredam situasi seketika.
Padahal, denganpola konsumsi pangan modern yang semakin kompleks dan
bervariasi,penyelesaian secara tuntas menjadi amat penting. Salah satu
kendalayang sering dihadapi dalam menangani isu makanan halal adalahketiadaan
metode yang benar-benar ampuh untuk menganalisasubstansi tidak halal dalam
bahan pangan.Salah satu konsep halal dalam Islam adalah makanan haruslahtidak
mengandung sedikit pun ‘lard’ atau lemak pangan yang diturunkan dari binatang
babi. Analisa dapat dilakukan
denganmelihat pola spektrumnya dengan menggunakan alat Fourier Transform
Infra-Red (FTIR) Spectrofotometry.
Metode
FTIR
Latar
belakang penggunaan mesin FTIR untuk tujuan analisalemak babi adalah karena penelitian
sebelumnya telah berhasildikembangkan berbagai metode cepat untuk analisis
kualitas minyakdan lemak dengan FTIR sebagai alternatif untuk metode kimia
(wetchemical analysis) di laboratorium yang terkadang rumit, memakanwaktu dan
biaya (bahan kimia). Analisis-analisis 'wajib' untukparameter kualitas minyak
seperti iodine value, anisidine value,peroxide value, thiobarbituric acid
(TBA), acid value, dan sebagainyasudah berhasil kami kembangkan dengan mendapat
pengakuan dalamberbagai bentuk dan penghargaan dari American Oil Chemist's
Society(AOCS) sebagai metode yang ampuh yang cepat dan sangat
bisadiandalkan.Pemilihan analisis lemak babi dengan menggunakan FTIR jugatak
terlepas dari 'kesederhanaan' proses yang perlu dilakukan seoranganalis. Alat
ini tidak memerlukan persiapan sampel yang rumit, karenabaik sampel padat
maupun cair bisa langsung di-scan untukmendapatkan spectrum. Dengan demikian,
dari segi biaya, akansangat menguntungkan, lantaran tidak ada pelarut atau
bahan kimialainnya yang diperlukan. Sampel padat cukup diblender,
sedangkansampel cair hanya perlu dibuat homogen. Karena tidak memerlukanbahan
kimia apapun, analisis dengan menggunakan FTIR juga dapatdianggap ramah
lingkungan.
Cara
kerja FTIR secara umum yakni:
sampel di-scan, yang berartisinar
infra-merah akan dilalukan ke sampel. Gelombang yangditeruskan oleh sampel akan
ditangkap oleh detektor yang terhubungke komputer, yang akan memberikan
gambaran spectrum sampelyang diuji. Struktur kimia dan bentuk ikatan molekul
serta gugusfungsional tertentu sampel yang diuji menjadi dasar bentuk
spectrumyang akan diperoleh dari hasil analisis. Dengan demikian alat ini
dapatdigunakan untuk pengujian secara kualitatif dan kuantitatif.
Sebagaicontoh, hasil analisis yang kami lakukan terhadap lemak babi
yangdicampurkan di dalam mutton body fat (MBF) menunjukkan spektrumyang berbeda
secara signifikan pada berbagai rentang frekuensipenyerapan C-H stretching (CH
stretching absorption), seperti pada3010-3000, 1120-1095, dan 968-966 cm-1.
Spectral bands akan dicatat(recorded), diinterpretasikan serta diidentifikasi.
Setiap frekuensi danregion, misalnya, akan memberikan interpretasi yang
berbeda-beda.Perbedaan konsentrasi lemak babi yang terdapat dalam makanan
jugadengan nyata terlihat dalam perbedaan spectral bands yang
diperoleh.Berbagai perbedaan lain dari analisa bentuk spectrum juga
ditemukan,yang kemudian, setelah dilakukan berulang-ulang dan dianalisis
secaramendalam dengan software tertentu yang sudah dikembangkan, akanmemberikan
gambaran yang lebih detail tentang karakter lemak babi
B.
Analisis antioksidan
1. Analisis
kualitatif antioksidan
a. Uji
Warna
Merupakan suatu metode kualitatif
untuk menentukan keberadaan suatu antioksidan dengan mereaksikan suatu sampel
dengan reaktan tertentu sehingga menunjukkan sifat fisik berupa perubahan warna
tertentu sebagai indikator.
Ø
Uji
Warna Pada Asam askorbat (Vitamin C)
·
Asam
Askorbat + Perak nitrat (amoniakal ) à Hitam
·
Asam
Askorbat + Pereaksi Benedict à Merah
·
Asam
Askorbat + Larutan Iodium (coklat – ungu ) à Warna Hilang (bening)
b. Spektroskopi IR (Infra Red)
·
Merupakan
metode analisis suatu gugus fungsi dari suatu senyawa berdasarkan serapannya terhadap sinar infra
merah yang diberikan.
·
Cara
kerja alat ini adalah dengan mengukur serapan infra merah pada suatu gugus
fungsi, dimana tiap gugus fungsi mempunyai daerah serapan yang berbeda-beda.
·
Data Daerah Resapan IR
·
Dari
data tersebut kita dapat mengdentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam suatu
senyawa yang diuji.
c. DPPH
(Diphenyl pycril Hidrazil)
·
Zat
ini berperan sebagai electron scavenger (penangkap elektron) atau
hydrogen radical scavenger (penangkap radikal hidrogen bebas). Hasilnya
adalah molekul yang bersifat dimagnetik dan stabil. Jika suatu senyawa
antioksidan direaksikan dengan zat ini maka senyawa antioksidan tersebut akan
menetralkan radikal bebas dari DPPH. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan
dengan inkubasi DPPH dengan ekstrak antioksidan selama 30 menit sehingga
menghasilkan larutan yang berwarna kuning kemudian dilakukan pengukuran panjang
gelombang pada 517 nm. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(DPPH•) + (H—A)
→ DPPH—H + (A•)
Ungu Kuning
Ungu Kuning
·
H-A
adalah senyawa antioksidan yang akan diuji
·
Aktivitas
antioksidan diperoleh dari nilai absorbansi yang selanjutnya akan digunakan
untuk menghitung persentase inhibisi 50% (IC50) yang menyatakan konsentrasi
senyawa antioksidan yang menyebabkan 50% dari DPPH kehilangan karakter radikal
bebasnya. Semakin tinggi kadar senyawa antioksidan dalam sampel maka akan
semakin rendah nilai IC50.
·
Merck
Biosciences memproduksi DPPH yang digunakan dalam uji aktivitas senyawa
antioksidan dengan bentuk padatan berwarna hitam (pelarutan dengan DMF atau
etanol akan menghasilkan warna ungu kehitaman), memiliki kemurnian ≥ 90% dan
larut dalam DMF atau etanol. Tersedia dengan kemasan 50 mg
2. Analisis
kuantitatif
a. Metode
ORAC
·
Digunakan
untuk menganalisis kandungan suatu senyawa antioksidan dari suatu benda,
misalnya makanan.
·
Pada
metode ORAC, digunakan fluorescent sebagai bahan uji selain sampel yang
digunakan.
·
Metode
ini menggunakan mesin azo-intitiator, suatu alat yang berfungsi untuk membuat
radikal bebas, peroxyl.
·
Fluorescent
ditembakkan dengan peroxyl, lalu dihitung intensitasnya selama selang waktu
tertentu.
·
Lalu
dibuatlah kurva intensitas vs waktu ( baik ataupun tanpa antioksidan), sehingga
kita dapat menghitung luasan daerah diatara kedua kurva tersebut.
·
Kadar
antioksidan ditentukan dengan standar TE, trolox equivalent, dengan trolox
sebagai standarnya.
·
Perhitungan
nilai ORAC dilakuakn dengan rumus berikut:
·
ORAC
value (µM) = 20k (SSample - SBlank) / (STrolox
- SBlank)
·
Dimana
S merupakan daerah dibawah kurva dan k adalah konstanta peluruhan fluoescent.
b. Iodimetri
·
Penetapan kadar vitamin C cara Iodimetri
·
Dasar:
Kadar vitamin C yang ditetapkan secara iodimetri menggunakan iod sebagai
penitar. Vitamin C bersifat reduktor kuat akan dioksidasikan oleh I2
dalam suasana asam dan I2 tereduksi menjadi ion iodide. Indikator
yang digunakan adalah kanji dengan titik akhir biru.
·
Reaksi :
·
Prosedur
1.
Ditimbang
contoh sejumlah Y gram kedalam Erlenmeyer
2.
Dilarutkan
dengan air dan + 25 ml H2SO4 10 %.
3.
Dititrasi
dengan I2 0,05 M dengan indikator kanji hingga titik akhir berwarna
biru.
·
Perhitungan
Kadar Vit.C=Vpx MpxBEVit.C x 100 x
Bobot rata –rata x 100% Ada 3 macam karotenoid, yaitu:
Karoten : tidak memiliki gugus metil pada ujung molekulnya
Karotene dan β-karoten : memiliki 2 atom ring ionone penuh
Karoten : salah satu ring iononenya terbuka lycopene, tidak memiliki ring
ionone
Betakaroten
berfungsi sebagai antioksidan, penting dalam pembentukan vitamin A, untuk
pertumbuhan sel-sel epitel tubuh, mengatur rangsang sinar pada saraf mata, dan
membantu proses pembentukan pigmen di retina mata.
Wortel
memiliki kadar gizi sebagai berikut :
Kandungan nutrisi
|
Wortel
|
air (g)
|
88
|
kalori (kal)
|
42
|
karbohidrat (g)
|
9.3
|
protein (g)
|
1.2
|
lemak (g)
|
0.3
|
vitamin A (SI)
|
12000
|
vitamin B1 (mg)
|
0.06
|
vitamin C (mg)
|
6
|
Ca (mg)
|
39
|
P (mg)
|
37
|
Fe (mg)
|
0.8
|
Analisa kadar
beta karoten
- Sampel ditimbang sebanyak 5 gram
dalam Erlenmeyer lalu ditambahkan 35 ml petroleum eter : aseton (1:1)
- Erlenmeyer ditutup dan diaduk
dengan mixer magnet selama 10 menit
- Residu dibiarkan sampai mengendap
lalau dituangkan ke dalam labu ukur 100 ml meleui kertas saring
- Kertas saring dicuci dengan
petroleum eter : aseton (1:1)
- Ekstraksi diulangi
- Filtrat yang diperoleh diencerkan
hingga 100 ml dengan petroleum eter : asetin (1:1) kemudian digojog
- Larutan diambil 25 ml lalu
dimasukkan dalam corong pemisah
- 25 ml aquades dimasukkan
dimasukkan corong pemisah kemudian dikocok
- Dibiarkan hingga terjadi
pemisahan, lalu lapisan bawah (air aseton) dialirkan keluar dari corong
pemisah dan dibuang
- Pencucian diulang 2 kali
- Fase eter yang diperoleh
ditambahkan Na2SO4 sebanyak 5 gram untuk tiap100 ml fase eter
- Fase eter dimasukkan dalam kolom
kromatografi
- Larutan petroleum eter : aseton
(1:1) dielusikan ke dalam kolom
- Beta karoten yang diperoleh
diencerkan dengan petroleum eter : aseton (10:1) lalu absorbansinya diukur
pada panjang gelombang 450 nm.
- Pembuatan kolom alumina oksida
- Kolom kromatografi ukuran 16 x
150 mm
- Bagian bawah kolom diisi kapas
adsorben dengan tinggi 15 mm, diatasnya dimasukkan alumina setinggi 100
mm, kemudian dimasukkan Na2SO4 SETINGGI 20 mm dan bagian atas kolom diisi
kapas setinggi 15 mm
- Pembuatan larutan standart
- Beta karoten ditimbang sebanyak
10 mg lalu dilarutkan dalam 10 ml PE :aseton (10:1)
- Larutan diambil 0.1 , 0,2 0,3.
0.4 , 0.5 lalu diencerkan dlam PE :aseton (10:1) hingga 25 ml
- Absorbansi diukur pada panjang
gelombang 450 nm
- Perhitungan Persamaan regresi
standar yang diperoleh pada penelitian ini = 0.072x – 0.0125 Y=absorbansi
X=kadar beta karoren (mg/25 ml)
Kadar beta karoten (µg/100 g sampel)
X x FP x 100 g/ berat sampel (gr) x 1000 µg Keterangan : FP = faktor
pengenceran ( vo/ volume akhir sampel/volume akhir standar)
Pengujian Vitamin E (
– tokoferol ) metode Furter Meyer yaitu;
1. Timbang
sejumlah sampel (2 g), masukkan kedalam labu 100 ml yang sesuai dengan
kondensor yang akan digunakan untuk refluk
2. Tambahkan 10 ml
alkohol absolute dan 20 ml H2SO4 1 M dalam alkohol
3. Hubungkan labu
dengan kondensor, tutup kondensor dan labu dengan alumunium foil. Lakukan
refluks selama 45 menit. Biarkan dingin
4. Tambahkan 50 ml
air, pindahkan kedalam labu pemisah berwarna coklat. Bilas labu dengan 50 ml
air, masukkan bilasan kedalam labu pemisah
5. Ekstrak bahan
yang tidak tersabunkan sebanyak 5 kali, masing-masing dicuci dengan 30 ml
dietil erter . Kumpulkan seluruh ekstrak menjadi satu
6. Cuci ekstrak
pada suhu rendah sampai bebas asam, kemudian bebasairkan dengan asam sulfat
anhydrous
7. Uapkan ekstrak
pada suhu rendah sambil tetap dihindarkan dengan cahaya (tutup dengan aluminium
foil ), jika sedikit lagi yang belum teruapkan lewatkan gas nitrogen kedalam
ekstrak sampai ekstrak menjadi kering
8. Segera larutkan
residu dengan 10 ml alkohol absolut
9. Buatlah kurva
standar vitamin E 0.3 – 3.0 mg dalam alkohol absolut, kemudian perlakuan sama
seperti sample (tahap 1 sampai 8)
10. Pindahkan
larutan alikuot sample dan standar kedalam labu takar 20 ml
11. Tambahkan 5 ml
alkohol absolut, kemudian 1 ml HNO3 pekat, tetes demi tetes sambil digoyang
memutar
12. Tempatkan labu
takar dalam penangas air 90oC selama 3 menit sesudah alkohol mulai
mendidih
13. Dinginkan
dengan cepat dalam air mengailir dan ditempatkan sampai tanda tera dengan
alkohol absolute
14. Ukur absorbansi
pada panjang gelombang 470 nm.
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Dari uraian
diatas dapat di simpulkan bahwa :
·
Analisis
kualitatif dari lemak yaitu kelarutan lemak, uji ketidakjenuhan, uji
penyabunan, dan uji gliserol sedangkan antioksidan yaitu uji warna,
spektrofotometri IR, dan DPPH (Diphenyl pycril Hidrazil)
·
Analisis
kuantitatif dari lemak yaitu uji bilangan asam, iodium, ketengikan dan uji
bilangan penyabunan sedangkan antioksidan yaitu metode ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity), Iodimetri
dan iodometri
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan
Tambahan Makanan. Bumi Aksara. Jakarta.
2.
Anonim,
2011. Antioksidan. Wikipedia Indonesia. wikipedia.org
3.
Purwono
B.. 2008. Terapan Analisis Hansch untuk Aktivitas Antioksidan Senyawa Turunan
4.
Ketaren, S.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak
Pangan. Jakarta: UI Press
5.
Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono dan Suhardi. 1997. Analisis
Bahan Makanan dan Pertanian. Jakarta: Liberty
6.
Windiaryani, Sistiana. 2011. Modul Praktikum
Biokimia. Sukabumi : Universitas Muhammadiyah Sukabumi
0 Response to "LAPORAN LEMAK DAN ANTIOKSIDAN"
Post a Comment