SENANDUNG DESEMBER YANG MEMBUAT TAMAN BERMEKARAN
15 Desember 2002, Kelurahan Panjatan _ Karang Anyar _ Kebumen
dua hati mengikat akan bersama sehidup semati, berjanji selalu bersama dalam suka dan duka yang disaksikan banyak pasangan mata. saat itu burung-burungpun berhenti berkicau karena iri melihat kebahagiaan kami. didepan keluarga jalinan itu terikrar jikalau nanti kami akan menghadapi segala rintangan. saat itu akan sah menjadi seorang suami dari seorang gadis yang berdarah Jawa.
Sejak saat itu, hidupku tak sendiri lagi. hidupku begitu damai. setiap langkahku selalu seiring, se-ia sekata. bahkan demi membuktikan kasih sayangku. saya tidak jarang terjun di dapur, di sumur, apalagi di kasur..... hehehhehe....
Waktu itu rasanya berjalan begitu singkat rasanya, berada di kampung halaman terasa damai. tapi demi masa depan, kami berdua memutuskan untk melangkahkan kaki ke ibu kota tercinta, yaitu Kota Jakarta. dengan melewati lika-liku perjalanan dari kampung halaman menuju Jakarta yang menghabiskan waktu sekitar kurang lebih 6 jam dengan menunggangi bis, kami sampai di terminal Lebak Bulus. akhirnya sampai juga saya di Ibu Kota Indonesia tercinta ini yang tidak perna saya bayangkan walau dalam mimpi sekalipun. dan akhirnya itu bukan mimpi, tapi kenyataan.
hari demi hari kami lalu dengan bercengkrama di Blok M, disitu tempat kami mencari nafkah. ditempat itulah saya mengalami sebuah pengalaman yang unik dan memalukan untukku. tapi jika saya ingat-ingat dimasa kini, cukup membuat saya tersipu malu.
ceritanya gini.....
menurut pengalaman saya delama di Kota Makassar, kalau kita akan naik angkot. cukup kita memberi kode ke supir angkot, maka supir akan memberhentikan angkotnya dan para penumpang akan naik secara antri. tapi di Jakarta ternyata lain. Bus mininya berjalan terus. saat itu saya sangat bingung, dan diluar pengawasanku. ternyata sang istri yang sudah lama stay di Jakarta. ternyata sudah ada di atas bus tersebut.
Dengan rasa cemas, takut dan shok, saya berlari mengejar bus tersebut. didalam hati sangat berkecamuk. ada rasa takut kehilangan istriku dan lebih fatal lagi, saya takut nyasar di kota besar ini. setelah berlari sekian puluh meter. ternyata istriku turun dari bus dengan sebuah senyuman. sayapun tak tahu, apakah senyuman itu adalah sebuah ejekkan atau mang saya lucu. setelah kami bertemu dan berpegangan, disaat itupun dia langsung terbahak-bahak melihat keluguanku. sayapun saat itu merasa malu pada istri dan diriku sendiri....
Ceritanyapun akan bersambung...
0 Response to "INDAHNYA MENGENANG BULAN DESEMBER SEBAGAI HARI KEBAHAGIAN DISAAT DUA INSAN DIPERTEMUKAN"
Post a Comment