Beriman Kepada Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam
“syukur dan shabar”. Dalam kesempatan
kali ini, setelah mensyukuri hidayah Iman, Islam dan Taqwa, marilah kita
sedikit membahas “Syukur atas Iman kepada Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa
Sallam, serta shabar dalam menegakkan sunnah beliau.
1. Iman
kepada Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam adalah dasar agama yang Maha
Benar ini, dienul Islam, sebagaimana sabda beliau Shallallaahu alaihi wa
Sallam:
بُنِيَ
الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ
أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ
اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ ...
“Artinya: Islam itu dibangun di atas lima rukun, bersaksi
bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba
dan RasulNya ... (HR. Muslim I/45. Lihat Al-Bukhari I/13).
Setelah beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka
beriman kepada Rasulullah Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam adalah sebagai
pondasi yang utama. Sebab seluruh pondasi yang lainnya dibangun di atas
keimanan pada Allah dan Rasul Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam. Sehingga
orang yang tidak mengimani Rasulullah dan hanya beriman kepada Allah Tuhan Yang
Maha Esa saja, itu tidaklah cukup, dan batal Iman yang demikian itutidak sah.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
وَالَّذِيْ
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِيْ
أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّة
يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَا نِيٌّ،
ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ
بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ
مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ. (رواه مسلم)
“Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tanganNya! Tidak
seorangpun yang mendengar tentang aku dari umat (manusia) ini, seorang Yahudi
atau Nasrani, kemudian meninggal dunia dan tidak beriman kepada yang aku diutus
karenanya, kecuali ia termasuk menjadi penduduk Neraka”. (HR. Muslim I/34).
Itulah pentingnya beriman kepada Rasul yang merupakan
pondasi agama dan amal-amal ibadah. Sehingga tanpa mengimani Rasul alias ingkar
kufur pada Rasul, maka gugurlah amal kebaikan serta jauh dari rahmat Allah.
Allah berfirman:
“Dan barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima
hukum-hukum Islam) maka hapuslah amal-amalnya dan ia di hari akhirat termasuk
orang-orang yang merugi”. (Al-Maidah: 5)
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya baginyalah neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya”.
Bahkan mereka akan ditimpa musibah dan adzab yang pedih,
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat
An-Nur : 63.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul
takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih”.
Oleh sebab itu maka hendaklah kita senantiasa bersyukur
kepada Allah atas hidayah Iman kita kepada Rasulullah Muhammad Shallallaahu
alaihi wa Sallam dengan bersabar dalam mengikuti dan mentaati beliau.
2. Siapakah
Rasulullah Muhammad itu?
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam adalah manusia
biasa, bukan malaikat dan bukan pula anak Tuhan atau lain-lainnya. Beliau
secara manusiawi sama dengan kita seluruh umat manusia.
Terbukti beliau terlahir dari jenis manusia, ayahanda beliau
serta ibunya adalah Abdullah bin Abdul Muthallib, serta ibundanya bernama
Aminah, keduanya dari suku Quraisy di Makkah Mukarramah keturunan Nabiyullah
Ismail bin Nabi Ibrahim ‘alaihimas salam. Sebagai rahmat dan jawaban atas permohonan
Abul Anbiya’ Ibrahim alaihis salam yang tercantum dalam firman Allah:
Artinya : “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul
dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesunggu-hnya Engkaulah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
(Al-Baqarah: 129).
Allah menegaskan agar beliau menyatakan tentang diri beliau,
dengan firmanNya dalam surat Al-Kahfi ayat 110 dan ayat-ayat yang lain:
“Katakan, sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku”(Al-Kahfi : 110)
“Katakan: “Aku tidak
mengatakan kepadamu, bahwa per-bendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula)
aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku
seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali yang diwahyukan kepadaku.
Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka
apakah kamu tidak memikirkan(nya)? (Al-An’aam: 50).
Rasulullah juga berwasiat agar beliau tidak dihormati secara
berlebihan, seperti orang-orang Nashara menghormati Nabi Isa 'Alaihis Salam,
beliau melarang ummatnya menjadikan kuburan beliau sebagai tempat sujud,
melarang menggelari beliau dengan gelaran yang berlebihan atau memberikan
penghormatan dengan berdiri ketika beliau hadir.
Dari sahabat Amr Radhiallaahu anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
وَلاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى
ابْنَ مَرْيَمَ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ. فَقُولُوا:
عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلَهُ. (رواه
البخاري)
“Janganlah
kamu memuji aku (berlebihan) sebagaimana orang Nasrani memuji Isa Ibnu Maryam.
Sesungguhnya saya hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Hamba Allah dan
RasulNya”. (HR. Al-Bukhari)
Abu Hurairah Radhiallaahu anhu meriwayatkan, Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
لاَ تَجْعَلُواْ بُيُوْتَكُمْ قُبُوْرًا. وَلاَ تَجْعَلُوْا قَبْرِيْ
عِيْدًا (رواه أبو داود).
“Janganlah engkau jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan
(sepi dari ibadah) dan jangan engkau jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan”
(HR. Abu Dawud).
Dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda:
لاَ تَتَّخِذُواْ قَبْرِي عِيْدًا، وَلاَ
تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْرًا، وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَصَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ
تَبْلُغُنِيْ. (رواه أحمد)
“Jangan engkau jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan,
dan janganlah engkau jadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan dan dimanapun
kamu berada (ucapkanlah do’a shalawat kepadaku) karena sesungguhnya do’a
shalawatmu sampai kepadaku”. (Diriwayat-kan Imam Ahmad).
3.Cara dan
konsekwensi beriman kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam adalah
sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, artinya: “(Yaitu)
orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka, segala yang baik dan mengharamkan mereka
dari segala yang buruk dan membuang bagi mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”).
(Al-A’raf: 157).
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Marilah kita mempertebal Iman dan Taqwa kita kepada Allah
juga memperdalam Iman kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam sekaligus
melaksanakan konsekuensinya.
Yaitu kita bersungguh-sungguh agar melaksanakan hal-hal
sebagai berikut:
1. Meyakini
dengan penuh tanggung jawab akan kebenaran Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa
Sallam dan apa yang dibawa oleh beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menandaskan tentang ciri orang bertaqwa:
“Dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Az-Zumar : 33).
2. Ikhlas
mentaati Rasul Shallallaahu alaihi wa Sallam dengan melaksanakan seluruh
perintah dan menjauhi seluruh larangan beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam .
Sebagaimana janji Allah :
“Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat
petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang” (An-Nuur: 54).
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (An-Nisaa’: 65).
3. Mencintai
beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam, keluarga, para sahabat dan segenap
pengikutnya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallambersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ اَحَبَّ
إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ (رواه البخاري ومسلم)
"Tidaklah beriman seseorang (secara sempurna)sehingga
aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia”. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
4. Membela
dan memperjuangkan ajaran Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam serta berda’wah
demi membebaskan ummat manusia dari kegelapan kepada cahaya, dari ke zhaliman
menuju keadilan, dari kebatilan kepada kebenaran, serta dari kemaksiatan menuju
ketaatan.Sebagaimana firman di atas:
“Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Al-A’raaf: 157).
5. Meneladani
akhlaq dan kepemimpinan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam dalam setiap amal
dan tingkah laku, itulah petunjuk Allah:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”.
(Al-Ahzab:21).
6. Memuliakan
dengan banyak membaca shalawat salam kepada beliau Shallallaahu alaihi wa
Sallam terutama setelah disebut nama beliau.
رَغِمَ
اَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ
وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ (رواه
الترميذي)
“Merugilah seseorang jika disebut namaku padanya ia tidak
membaca shalawat padaku.” (HR. At-Tirmidzi)
7. Waspada
dan berhati-hati dari ajaran-ajaran yang menyelisihi ajaran Nabi Muhammad
Shallallaahu alaihi wa Sallam seperti waspada dari syirik, tahayul, bid’ah,
khurafat, itulah pernyataan Allah:
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi ajaran Rasul
takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (An-Nur: 63).
8. Mensyukuri
hidayah keimanan kepada Allah dan RasulNya dengan menjaga persatuan umat Islam
dan menghindari perpecahan dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
Ash-shahihah. Itulah tegaknya agama:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang
telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan
apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah karenanya”. (Asy-Syura: 13)
0 Response to "Beriman Kepada Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam"
Post a Comment