Home » Archive for 2014
CONTOH SURAT PERMINTAAN SK DAN PELANTIKAN PENGURUS
Unknown
DEWAN
PENGURUS DESA
BADAN
KOMUNIKASI PEMUDA REMAJA MASJID INDONESIA
DPDes
BKPRMI SUNGGUMANAI
Sekretariat : Jln. Poros
Sunggumanai – Pattallassang. Tlp. 082345623991 – 0853 4254 7726
Nomor : 01.A/DPDes/BKPRMI/SGM/IV/2014
Lampiran : 1 Lmbr
Perihal : PERMOHONAN S.K dan PELANTIKAN
Kepada Yang Terhormat,
Pengurus DPK
BKPRMI Kec. Pattallassang
Di,-
Pattallassang
Assalamu alaikum wr.wb.
Teriring salam dan do’a semoga kita
senantiasa mendapat Rahmat dan Hidayah dari Ridha Allah SWT dalam menjalankan
aktifitas keseharian kita, amin.
Sehubungan
dengan terbentuknya Dewan Pengurus Desa Badan Komunikasi pemuda Remaja Masjid
Indonesia Sunggumanai (DPDes BKPRMI Sunggumanai), maka dengan ini kami memohon
kepada pengurus DPK BKPRMI Kec. Pattallassang untuk segera menerbitkan Surat
Ketetapan (SK) demi berjalannya roda organisasi di DPDes BKPRMI Sunggumanai yang
bertempat di Desa Sunggumanai Kec. Pattallassang Kabupaten Gowa. Adapun susunan
pengurus organisasi tersebut sebagaimana terlampir.
Demikianlah
surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalamu alaikum wr. wb.
Sunggumanai, 18 April 2014
Hormat
Kami,
DEWAN
PENGURUS DESA
BADAN
KOMUNIKASI PEMUDA REMAJA MASJID INDONESIA
DPDes
BKPRMI SUNGGUMANAI
SUKRI ABDULLAH ARDIANSYAH
Ketua Umum Sekretaris Umum
DEWAN
PENGURUS DESA
BADAN
KOMUNIKASI PEMUDA REMAJA MASJID INDONESIA
DPDes
BKPRMI SUNGGUMANAI
Sekretariat : Jln. Poros
Sunggumanai – Pattallassang. Tlp. 082345623991 – 0853 4254 7726
Lampiran
:
SUSUNAN
PENGURUS
DPDes
BKPRMI SUNGGUMANAI
PERIODE
2014-2014
Pembina : Bapak Kepala Desa Sunggumanai
Bapak Imam Desa Sunggumanai
Ketua BPD Desa Sunggumanai
Penasehat : Dg. Rumpa
Patahuddin Dg. Nambung
Dg. Tola
Ismail Dg. Ngalli
K. Dg. Siama
Saolla Dg. Guling
Majelis Pertimbangan Desa :
Ketua : Agus Nur, S.Pd.I
Sekretaris : Muh. Ramli Dg. Rowa
Anggota : Muh. Arsyad Nayo
Pincara Dg Lurang
Hanafi Dg Rurung
Pengurus Harian :
Ketua
Umum : Sukri
Abdullah
Wakil
Ketum : Juandi Nur
Sekretaris
Umum : Ardiansyah
Wakil
Sekum : Canca’
Bendahara
Umum : Reski Herawati
Wakil
Bendum : Nurhayati Dg. Ngani
Seksi-seksi :
1. SPPTKA
Ketua : Indah
Swari
Sekretaris :
Idawati
Anggota : Wahyu Ardiyanto
Saipul
Abd. Jalil
Kasmira
2. SPPDSDM :
Amin Junaedi
Sekretaris : Muh. Taufik
Anggota : Erwin Mustafa
Wawan
3. SPPKM
Ketua : Islamiah
Sekretaris : Ade Fitri
Anggota : Syamsiar
Nut Annisa
4. SPPEKOP :
Elvirayani
Sekretaris : Wahyuni
Anggota : Sri Riska Rahayu
Zulkifli
5. SPPKS :
Dg. Rela’
Sekretaris : Rabasia Dg. Simpang
Dg. Te’ne
6. Advokasi :
Riska Nurfadillah
Sekretaris : Selfiani
Anggota : Muh. Sahrul
Syamsidar
Riswani
7. SENIOR
Ketua : Baharuddin
Sekretaris : Nurhidayat
Anggota : Sri Rahayu
Riswandi Hendra
8. BRIGADE
Komandan : Ardiansyah
Wakom : Muh. Akbar
Staf Keuangan : Ismail
Anggota : Rahmat
Nurul Rahmi
Heriyanto
CONTOH SURAT PERNYATAAN KESIAPAN MENJADI PENGURUS DALAM ORGANISASI BKPRMI
Unknown
DEWAN
PENGURUS DESA
BADAN
KOMUNIKASI PEMUDA REMAJA MASJID INDONESIA
DPDes
BKPRMI SUNGGUMANAI
Sekretariat : Jln. Poros
Sunggumanai – Pattallassang. Tlp. 082345623991 – 082333394125
SURAT PERNYATAAN
KESEDIAAN MENJADI PENGURUS DPDes
BKPRMI SUNGGUMANAI
PERIODE 2014 – 2018
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Tempat Tanggal Lahir :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat Rumah :
Nomor Tlp/Hp :
Menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa :
1. Saya
bersedia menjadi pengurus DPDes BKPRMI Sunggumanai periode 2014-2018 dengan
posisi jabatan :
..…………………………………………………………………………..
2. Saya
akan mematuhi segala ketentuan yang berlaku sebagaimana yang tercantum dalam
AD/ART BKPRMI
3.
Saya
bersedia ditinjau kembali sebagai pengurus DPDes BKPRMI Sunggumanai periode
2014-2018, apabila melanggar ketentuan-ketentua yang diatur dalam AD/ART
BKPRMI.
……………….
, …… April 2014
Hormat
Saya,
(………………………………..)
saya lapar
Unknown
kalau kalian?
Dahsyatnya Gelombang Penghancur Iman Dan Akhlaq
Unknown
Dahsyatnya Gelombang Penghancur Iman
Dan Akhlaq
Ada gelombang dahsyat yang menimpa
ummat Islam sedunia, yaitu gelombang budaya jahiliyah yang merusak akhlaq dan
aqidah manusia yang disebarkan lewat televisi dan media lainnya. Gelombang itu
pada hakekatnya lebih ganas dibanding senjata-senjata nuklir yang sering dipersoalkan
secara internasional. Hanya saja gelombang dahsyat itu karena sasarannya
merusak akhlaq dan aqidah, sedang yang paling menjunjung tinggi akhlaq dan
aqidah itu adalah Islam, maka yang paling prihatin dan menjadi sasaran adalah
ummat Islam. Hingga, sekalipun gelombang dahsyat itu telah melanda seluruh
dunia, namun pembicaraan hanya sampai pada tarap keluhan para ulama dan
Muslimin yang teguh imannya, serta sebagian ilmuwan yang obyektif.
Gelombang dahsyat itu tak lain adalah
budaya jahiliyah yang disebarkan lewat aneka media massa, terutama televisi,
VCD/ CD, radio, majalah, tabloid, koran,dan buku-buku yang merusak akhlak.
Dunia Islam seakan menangis menghadapi
gelombang dahhsyat itu. Bukan hanya di Indonesia, namun di negara-negara lain
pun dilanda gelombang dahsyat yang amat merusak ini.
Di antara pengaruh negatif televisi
adalah membangkitkan naluri kebinatangan secara dini... dan dampak dari itu
semua adalah merosotnya akhlak dan kesalahan yang sangat mengerikan yang
dirancang untuk menabrak norma-norma masyarakat. Ada sejumlah contoh bagi kita
dari pengkajian Charterz (seorang peneliti) yang berharga dalam masalah ini di
antaranya ia berkata: “Sesungguhnya pembangkitan syahwat dan penayangan
gambar-gambar porno, dan visualisasi (penampakan gambar) trik-trik porno, di
mana sang bintang film menanamkan rasa senang dan membangkitkan syahwat bagi
para penonton dengan cara yang sangat fulqar
bagi kalangan anak-anak dan remaja itu amat sangat berbahaya.”
Peneliti ini telah mengadakan
statistik kumpulan film-film yang ditayangkan untuk anak-anak sedunia, ia
mendapatkan bahwa:
·
29,6%
film anak-anak bertemakan seks
·
27,4%
film anak-anak tentang menanggulangi kejahatan
·
15%
film anak-anak berkisar sekitar percintaan dalam arti syahwat buka-bukaan.
Terdapat pula film-film yang
menampilkan kekerasan yang menganjurkan untuk balas dendam, memaksa, dan
brutal.
Hal itu dikuatkan oleh sarjana-sarjana
psikologi bahwa berlebihan dalam menonton program-program televisi dan film
mengakibatkan kegoncangan jiwa dan cenderung kepada sifat dendam dan merasa
puas dengan nilai-nilai yang menyimpang. (Thibah Al-Yahya, Bashmat ‘alaa
waladi/ tanda-tanda atas anakku, Darul Wathan, Riyadh, cetakan II, 1412H, hal
28).
Jangkauan lebih luas
Apa yang dikemukakan oleh peneliti
beberapa tahun lalu itu ternyata tidak menjadi peringatan bagi para perusak
akhlaq dan aqidah. Justru mereka tetap menggencarkan program-programnya dengan
lebih dahsyat lagi dan lebih meluas lagi jangkauannya, melalui produksi VCD dan
CD yang ditonton oleh masyarakat, dari anak-anak sampai kakek- nenek, di rumah
masing-masing. Gambar-gambar yang merusak agama itu bisa disewa di
pinggir-pinggir jalan atau dibeli di kaki lima dengan harga murah. Video dan
komputer/ CD telah menjadi sarana penyaluran budaya kaum jahili untuk merusak
akhlaq dan aqidah ummat Islam. Belum lagi situs-situs porno di internet.
Budaya jahiliyah itu jelas akan
menjerumuskan manusia ke neraka. Sedangkan Allah Subhannahu wa Ta'ala
memerintahkan kita agar menjaga diri dan keluarga dari api Neraka. Firman
Allah:
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS At-Tahriim: 6).
Sirkulasi perusakan akhlaq dan aqidah
Dengan ramainya lalulintas tayangan
yang merusak aqidah dan akhlaq lewat berbagai jalur itu penduduk dunia -dalam
pembicaraan ini ummat Islam-- dikeroyok oleh syetan-syetan perusak akhlaq dan
aqidah dengan aneka bentuk. Dalam bentuk gambar-gambar budaya jahiliyah, di
antaranya disodorkan lewat televisi, film-film di VCD, CD, bioskop,
gambar-gambar cetak berupa foto, buku, majalah, tabloid dsb. Bacaan dan cerita
pun demikian.
Tayangan, gambar, suara, dan bacaan
yang merusak aqidah dan akhlaq itu telah mengeroyok Muslimin, kemudian
dipraktekkan langsung oleh perusak-perusak aqidah dan akhlaq dalam bentuk diri
pribadi, yaitu perilaku. Lalu masyarakatpun meniru dan mempraktekkannya.
Sehingga praktek dalam kehidupan sehari-hari yang sudah menyimpang dari akhlaq
dan aqidah yang benar itupun mengepung ummat Islam.
Dari sisi lain, praktek tiruan dari
pribadi-pribadi pendukung kemaksiatan itupun diprogramkan pula untuk dipompakan
kepada masyarakat dengan aneka cara, ada yang dengan paksa, misalnya
menyeragami para wanita penjaga toko dengan pakaian ala jahiliyah. Sehingga,
ummat Islam didesak dengan aneka budaya yang merusak aqidah dan akhlaq, dari
yang sifatnya tontonan sampai praktek paksaan.
Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa
Salam memperingatkan agar ummat Islam
tidak mematuhi suruhan siapapun yang bertentangan dengan aturan Allah swt. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam Bersabda:
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ
اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى. (رواه أحمد في مسنده
“Tidak
ada ketaatan bagi makhluk dalam maksiat pada Allah Tabaraka wa Ta’ala.” (
Hadits Riwayat Ahmad, dalam Musnadnya nomor 20191).
Sikap Ummat Islam
Masyarakat Muslim pun beraneka ragam
dalam menghadapi kepungan gelombang dahsyat itu. Golongan pertama, prihatin
dengan bersuara lantang di masjid-masjid, di majlis-majlis ta’lim dan
pengajian, di tempat-tempat pendidikan, dan di rumah masing-masing. Mereka
melarang anak-anaknya menonton televisi karena hampir tidak diperoleh manfaat
darinya, bahkan lebih besar madharatnya. Mereka merasakan kesulitan dalam
mendidikkan anak-anaknya. Kemungkinan, tinggal sebagian pesantrenlah yang
relatif lebih aman dibanding pendidikan umum yang lingkungannya sudah tercemar
akhlaq buruk.
Ummat Islam adalah golongan pertama
yang ingin mempertahan-kan aqidah dan akhlaq anak-anaknya itu, di bumi zaman
sekarang ini ibarat orang yang sedang dalam keadaan menghindar dari serangan
musuh. Harus mencari tempat perlindungan yang sekira-nya aman dari aneka
“peluru” yang ditembakkan. Sungguh!
Golongan kedua, Ummat Islam yang
biasa-biasa saja sikapnya. Diam-diam masyarakat Muslim yang awam itu justru
menikmati aneka tayangan yang sebenarnya merusak akhlaq dan aqidah mereka
dengan senang hati. Mereka beranggapan, apa-apa yang ditayangkan itu sudah
lewat sensor, sudah ada yang bertanggung jawab, berarti boleh-boleh saja.
Sehingga mereka tidak merasa risih apalagi bersalah. Hingga mereka justru
mempersiap-kan aneka makanan kecil untuk dinikmati sambil menonton
tayangan-tayangan yang merusak namun dianggap nikmat itu. Sehingga mereka pun
terbentuk jiwanya menjadi penggemar tayangan-tayangan itu, dan ingin
mempraktekkannya dalam kehidupan. Tanpa disarari mereka secara bersama-sama
dengan yang lain telah jauh dari agamanya.
Golongan ketiga, masyarakat yang juga
mengaku Islam, tapi lebih buruk dari sikap orang awam tersebut di atas. Mereka
berangan-angan, betapa nikmatnya kalau anak-anaknya menjadi pelaku-pelaku yang
ditayangkan itu. Entah itu hanya jadi penjoget di belakang penyanyi (namanya
penjoget latar), atau berperan apa saja, yang penting bisa tampil.
Syukur-syukur bisa jadi bintang top yang mendapat bayaran besar. Mereka tidak
lagi memikir tentang akhlaq, apalagi aqidah. Yang penting adalah hidup senang,
banyak duit, dan serba mewah, kalau bisa agar terkenal. Untuk mencapai ke
“derajat” itu, mereka berani mengorbankan segalanya termasuk apa yang dimiliki
anaknya. Na’udzubillaah. Ini sudah bukan rahasia lagi bagi orang yang tahu
tentang itu. Na’udzu billah tsumma na’udzu billah.
Golongan pertama yang ingin
mempertahankan akhlaq dan aqidah itu dibanding dengan golongan yang ketiga yang
berangan-angan agar anaknya ataupun dirinya jadi perusak akhlaq dan aqidah,
boleh jadi seimbang jumlahnya. Lantas, golongan ketiga --yang ingin jadi pelaku
perusak akhlaq dan aqidah itu-- digabung dengan golongan kedua yang merasa
nikmat dengan adanya tayangan maksiat, maka terkumpullah jumlah mayoritas.
Hingga Muslimin yang mempertahankan akhlaq dan aqidah justru menjadi minoritas.
Itu kenyataan. Buktinya, kini masyarakat
jauh lebih meng-unggulkan pelawak daripada ulama’. Lebih menyanjung penyanyi
dan penjoget daripada ustadz ataupun kiyai. Lebih menghargai bintang film
daripada guru ngaji. Dan lebih meniru penjoget daripada imam masjid dan khatib.
Ungkapan ini secara wajar tampak
hiperbol, terlalu didramatisir secara akal, tetapi justru secara kenyataan
adalah nyata. Bahkan, bukan hanya suara ulama’ yang tak didengar, namun
Kalamullah pun sudah banyak tidak didengar. Sehingga, suara penyayi, pelawak,
tukang iklan dan sebagainya lebih dihafal oleh masyarakat daripada Kalamullah,
ayat-ayat Al-Quran. Fa nastaghfirulaahal ‘adhim.
Tayangan-tayangan televisi dan lainnya
telah mengakibatkan berubahnya masyarakat secara drastis. Dari berakhlaq mulia
dan tinggi menjadi masyarakat tak punya filter lagi. Tidak tahu mana yang
ma’ruf (baik) dan mana yang munkar (jelek dan dilarang). Bahkan dalam praktek
sering mengutamakan yang jelek dan terlarang daripada yang baik dan
diperintahkan oleh Allah SWT.
Berarti manusia ini telah merubah keadaan
dirinya. Ini mengakibatkan dicabutnya ni’mat Allah akibat perubahan tingkah
manusia itu sendiri, dari baik menjadi tidak baik. Allah Subhannahu wa Ta'ala
berfirman:
“Sesungguhnya
Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’d/ 13:11).
Mencampur kebaikan dengan kebatilan
Kenapa masyarakat tidak dapat
membedakan kebaikan dan keburukan? Karena “guru utama mereka” adalah televisi.
Sedang program-program televisi adalah menampilkan aneka macam yang campur
aduk. Ada aneka macam kebohongan misalnya iklan-iklan yang sebenarnya bohong,
tak sesuai dengan kenyataan, namun ditayangkan terus menerus. Kebohongan ini
kemudian dilanjutkan dengan acara tentang ajaran kebaikan, nasihat atau
pengajian agama. Lalu ditayangkan film-film porno, merusak akhlaq, merusak
aqidah, dan menganjurkan kesadisan. Lalu ditayangkan aneka macam perkataan
orang dan berita-berita yang belum tentu mendidik. Sehingga, para penonton
lebih-lebih anak-anak tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Masyarakat pun demikian. Hal itu berlangsung setiap waktu, sehingga dalam tempo
sekian tahun, manusia Muslim yang tadinya mampu membedakan yang haq dari yang
batil, berubah menjadi manusia yang berfaham menghalalkan segala cara,
permissive atau ibahiyah, apa-apa boleh saja.
Munculnya masyarakat permissive itu
karena adanya penyingkiran secara sistimatis terhadap aturan yang normal, yaitu
larangan mencampur adukkan antara yang haq (benar) dan yang batil. Yang
ditayangkan adalah jenis pencampur adukan yang haq dan yang batil secara terus
menerus, ditayangkan untuk ditonton oleh masyarakat. Padahal Allah Subhannahu
wa Ta'ala telah melarang pencampur adukan antara yang haq dengan yang batil:
“Dan
janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang batil dan janganlah kamu
sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 42).
Dengan mencampur adukkan antara yang
benar dengan yang batil secara terus menerus, akibatnya mempengaruhi manusia
untuk tidak menegakkan yang haq/ benar dan menyingkirkan yang batil. Kemudian
berakibat tumbuhnya jiwa yang membolehkan kedua-duanya berjalan, akibatnya
lagi, membolehkan tegaknya dan merajalelanya kebatilan, dan akibatnya pula
menumbuhkan jiwa yang berpandangan serba boleh. Dan terakhir, tumbuh jiwa yang
tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Lantas, kalau
sudah tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang haq
dan mana yang batil, lantas keimanannya di mana?
Menipisnya keimanan itulah bencana
yang paling parah yang menimpa ummat Islam dari proyek besar-besaran dan sistimatis
serta terus menerus yang diderakan kepada ummat Islam sedunia. Yaitu proyek
mencampur adukkan antara kebaikan dan keburukan lewat aneka tayangan. Apakah
upaya kita untuk membentengi keimanan kita?
Cinta Dan Benci Karena Allah
Unknown
Cinta Dan Benci Karena Allah
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita
kepada Allah Azza wajalla, yang telah menganugerakan rasa cinta dan benci
dihati para makhlukNya. Dan hanya Dia pulalah yang berhak mengatur kepada
siapakah kita harus mencintai dan kepada siapa pula kita membenci.
Cinta yang paling tinggi dan paling
wajib serta yang paling bermanfaat mutlak adalah cinta kepada Allah Ta’ala
semata, diiringi terbentuknya jiwa oleh sikap hanya menuhankan Allah Ta’ala
saja. Karena yang namanya Tuhan adalah sesuatu yang hati manusia condong
kepadanya dengan penuh rasa cinta dengan meng-agungkan dan membesarkannya,
tunduk dan pasrah secara total serta menghamba kepadaNya. Allah Ta’ala wajib
dicintai karena DzatNya sendiri,sedangkan yang selain Allah Ta’ala dicintai
hanya sebagai konsekuensi dari rasa cinta kepada Allah Ta’ala.
Dalam Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain,
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ الْحُبُّ فِي
اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ. (رواه الترمذي).
“Tali
iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.At
Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, Rasulullah juga
bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ
وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ اْلإِيْمَانَ. (رواه أبو داود
والترمذي وقال حديث حسن).
“Barangsiapa
yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan
tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu
Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan)
Dari dua hadits di atas kita bisa
mengetahui bahwa kita harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya
kepada Allah semata. Kita harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah,
membenci terhadap segala yang dibenci Allah, ridla kepada apa yang diridlai
Allah, tidak ridla kepada yang tidak diridlai Allah, memerintahkan kepada apa
yang diperintahkan Allah, mencegah segala yang dicegah Allah, memberi kepada
orang yang Allah cintai untuk memberikan dan tidak memberikan kepada orang yang
Allah tidak suka jika ia diberi.
Dalam pengertian menurut syariat,
dimaksud dengan al-hubbu fillah (mencintai karena Allah) adalah mencurahkan
kasih sayang dan kecintaan kepada orang –orang yang beriman dan taat kepada
Allah ta’ala karena keimanan dan ketaatan yang mereka lakukan.
Sedangkan yang dimaksud dengan
al-bughdu fillah (benci karena Allah) adalah mencurahkan ketidaksukaan dan
kebencian kepada orang-orang yang mempersekutukanNya dan kepada orang-orang yang
keluar dari ketaatan kepadaNya dikarenakan mereka telah melakukan perbuatan
yang mendatangkan kemarahan dan kebencian Allah, meskipun mereka itu adalah
orang-orang yang dekat hubungan dengan kita, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Kamu
tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
saling kasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun
orang orang itu bapak-bapak, anak-anak sauadara-saudara ataupun saudara
keluarga mereka.” (Al-Mujadalah: 22)
Jadi, para sahabat, tabi’in, tabi’ut
tabi’in serta pengikut mereka di seluruh penjuru dunia adalah orang-orang yang
lebih berhak untuk kita cintai (meskipun kita tidak punya hubungan apa-apa
dengan mereka), dari pada orang-orang yang dekat dengan kita seperti tetangga
kita, orang tua kita, anak-anak kita sendiri, saudara-saudara kita, ataupun
saudara kita yang lain, apabila mereka itu membenci, memusuhi dan menentang
Allah dan RasulNya dan tidak melakukan ketaatan kepada Allah dan RasulNya maka
kita tidak berhak untuk mencintai melebihi orang-orang yang berjalan di atas
al-haq dan orang yang selalu taat kepada Allah dan rasulNya. Demikian juga
kecintaan dan kebencian yang tidak disyari’atkan adalah yang tidak berpedoman
pada kitabullah dan sunnah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Dan hal ini
bermacam-macam jenisnya di antaranya adalah: kecintaan dan kebencian yang
dimotifasi oleh harta kekayaan, derajat dan kedudukan, suku bangsa, ketampanan,
kefakiran, kekeluargaan dan lain-lain, tanpa memperdulikan norma-norma agama
yang telah digariskan oleh Allah Ta’ala
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata
“Bahwasannya seorang mukmin wajib dicurahkan kepadanya kecintaan dan kasih
sayang meskipun mendhalimi dan menganggu kamu, dan seorang kafir wajib
dicurahkan kepadanya kebencian dan permusuhan meskipun selalu memberi dan
berbuat baik kepadamu.”
Sesuai dengan apa yang di katakan oleh
Syakhul Islam Ibnu Taimiyah, marilah kita berlindung kepada Dzat yang
membolak-balikkan hati, supaya hati kita dipatri dengan kecintaan dan kebencian
yang disyariatkan oleh Allah dan RasulNya. Karena kadang orang-orang yang
menentang Allah di sekitar kita lebih baik sikapnya terhadap kita dari pada
orang-orang yang beriman kepada Allah, sehingga kita lupa dan lebih mencintai
orang-orang kafir dari pada orang-orang yang beriman. Naudzubilla min dzalik.
Dalam pandangan ahlusunnah wal jamaah
kadar kecintaan dan kebencian yang harus dicurahkan terbagi menjadi tiga
kelompok:
1. Orang-orang yang dicurahkan
kepadanya kasih sayang dan kecintaan secara utuh. Mereka adalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan RasulNya, melaksanakan ajaran Islam dan
tonggak-tonggaknya dengan ilmu dan keyakinan yang teguh . Mereka adalah
orang-orang yang mengikhlaskan segala perbuatan dan ucapannya untuk Allah
semata. Mereka adalah orang-orang yang tunduk lagi patuh terhadap
perintah-perintah Allah dan RasulNya serta menahan diri dari segala yng
dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Mereka adalah orang-orang yang mencurahkan
kecintaan, kewala’an, kebencian dan permusuhan karena Allah ta’ala serta
mendahulukan perkataan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam atas yang lainnya
siapapun orangnya.
2. Orang-orang yang dicintai dari satu
sisi dan dibenci dari sisi lainnya.
Mereka adalah orang yang
mencampuradukan antara amalan yang baik dengan amalan yang buruk, maka mereka
dicintai dan dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada pada diri mereka
sendiri, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kejelekan yang ada pada
diri mereka. Dalam hal ini kita harus dapat memilah-milah, seperti muamalah
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam terhadap seorang sahabat yang bernama
Abdullah bin Himar. Saat itu Abdulllah bin Himar dalam keadaan minum khamr maka
dibawalah dia kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, tiba-tiba sorang
laki-laki melaknatnya kemudian berkata: “betapa sering dia didatangkan
kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam keadaan mabuk.” Rasulullah
bersabda: “janganlah engkau melaknatnya. Sesungguhnya dia adalah orang yang
cinta kepada Allah dan RasulNya (Shohih Al-Bukhari kitab Al-Hudud). Pada hal
jama’ah yang berbahagia, dalam riwayat Abu Dawud dalam kitab Al-Asyribah juz 4
yang dishahihkan oleh Al-Bani dalam shahih Al-Jami Ash Shaghir hadits nomer
4967 Rasulullah n melaknat khamr, orang yang meminumnya, orang yang menjualnya,
orang yang memerasnya dan orang yang minta diperaskan, orang yang membawanya
dan orang yang dibawakan khamr kepadanya.
3. Orang–orang yang dicurahkan
kebencian dan permusuhan kepadanya secara utuh.
Mereka adalah orang yang tidak beriman
kepada rukun iman dan orang yang mengingkari rukun Islam baik sebagian atau
keseluruhan dengan rasa mantap, orang yang mengingkari asma’ wa sifat Allah
ta’ala, atau orang yang meleburkan diri dengan ahlu bida’ yang sesat dan
menyesatkan, atau orang yang melakukan hal-hal yang membatalkan keIslamannya.
Terhadap orang ini wajib bagi kita untuk membenci secara utuh, karena mereka
adalah musuh Allah dan RasulNya Shalallaahu alaihi wasalam.
Ada beberapa faktor yang dapat
mengkokohkan kecintaan dijalan Allah, antara lain:
1. Memberitahukan kepada orang yang
dicintai bahwa kita mencintai karena Allah ta’ala. Diriwayatkan dari Abu Dzar
Radhiallaahu anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
bersabda:
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ صَاحِبَهُ فَلْيَأْتِ
فِيْ مَنْزِلِهِ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ فِي اللهِ تَعَالَى. (رواه ابن المبارك
في الزهد، 712).
“Apabila
ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah dia datangi rumahnya dan
mengkhabarinya bahwa ia mencintainya (seorang teman tadi) kerena Allah Ta’ala.”
(HR.Ibnul Mubarok dalam kitab Az-Zuhdu, hal 712 dengan sanad shohih)
2. Saling memberi hadiah
Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu:
تَهَادَوْا تَحَابُّوْا. (رواه البخاري في
الأدب المفرد 120 والبيهقي، 6/169، وسنده حسن).
“Saling
memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR.
Al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrod, hal 120 dan Baihaqi 6/169 dengan sanad
hasan)
3. Saling mengunjungi
Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu
Hurairah .
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ! زُرْ غِبًّا تَزْدَدْ
حُبًّا. (رواه الطبراني والبيهقي، سنده صحيح).
“Wahai
Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik tidak terlalu sering dan terlalu
jarang, niscaya akan bertambah sesuatu dengan kecintaan.” (HR.Thabrani dan
Baihaqi dengan sanad yang shahih)
4. Saling menyebarkan salam.
لاَ تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا
وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ
تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ. (رواه مسلم، 2/35).
“Tidaklah
kalian masuk Surga sehingga kalian beriman, tidakkah kalian beriman sehingga
kalian saling mencintai, Maukah kamu aku tunjukkan tentang sesuatu yang apabila
kalian melakukan-nya akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara
kalian.” (HR. Muslim 2/35).
5. Meninggalkan dosa-dosa.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
مَا تَوَادَّ اثْنَانِ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
أَوْ فِي اْلإِسْلاَمِ فَيَفْرُقُ بَيْنَهُمَا إِلاَّ بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا.
(رواه البخاري في الأدب المفرد ص 84 وهو حديث حسن).
“Tidaklah
dua orang yang saling mencintai karena Allah atau karena Islam kemudian
berpisah kecuali salah satu dari ke duanya telah melakukan dosa.” (HR.
Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Adab AlMufrad hal.84)
6. Meninggalkan perbuatan ghibah
(membicarakan sesuatu tentang saudaranya di saat tidak ada, dan jika saudaranya
tersebut mendengarkan dia marah-marah atau tidak suka) Allah berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan
(ghibah) sebagian yang lain,sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentunya kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tubat lagi Maha
Penyayang.” (Al-Hujurat:12)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Kewajiban saling mencintai dijalan
Allah bukanlah suatu perintah yang tidak membawa hasil apa-apa. Tetapi Allah
memerintahkan sesuatu itu pasti ada buahnya dan hasilnya. Buah dan hasil dari
saling mencintai di jalan Allah di antaranya adalah:
1.
Mendapatkan
kecintaan Allah.
2.
Mendapatkan
Kemuliaan dari Allah.
3.
Mendapatkan
naungan Arsy Allah di hari kiamat, pada saat tidak ada naungan kecuali naungan
Allah.
4.
Merasakan
manisnya iman.
5.
Meraih
kesempurnaan iman.
6.
Masuk
Surga
Semoga Allah menjadikan kita sebagai
orang-orang yang tunduk patuh hanya kepada Allah. Semoga kecintaan dan
kebencian kita selalu sesuai dengan apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan
RasulNya. Apalagi yang kita harapkan kecuali mendapatkan kecintaan dari
Allah, mendapatkan kemuliaan dari Allah, mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada
hari tidak ada naungan kecuali naunganNya, meraih manisnya Iman, mendapatkan
kesempurnaan iman dan masuk ke dalam SurgaNya yang tinggi. Semoga Allah selalu
memberkahi dan merahmati kita. Amiin.
Subscribe to:
Posts (Atom)